HeadlinePangkalpinangPariwisata dan BudayaPendidikan

Diah Ayu, Mahasiswi Kristiani yang Temukan Dunia Baru di Kampus Unmuh Babel

×

Diah Ayu, Mahasiswi Kristiani yang Temukan Dunia Baru di Kampus Unmuh Babel

Sebarkan artikel ini

PANGKALPINANG, infoupdate.co — Terlahir dengan nama Diah Ayu Raharjanti dengan nama baptis Margareta, anak dari pasangan Ricky Adrianus Vorst dan Tutik Rahayu, kini Diah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi semester satu Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung (Unmuh Babel). Pada 4 Oktober 2025, Diah mendapat kesempatan berbagi kisah inspiratif di hadapan peserta Baitul Arqam (BA), kegiatan penguatan ideologi dan nilai-nilai keislaman dan ke-Muhammadiyahan bagi mahasiswa baru.

Diah, yang berasal dari Kota Sungailiat, Bangka, merupakan alumnus SMA Harapan Sungailiat. Dalam kesempatan tersebut, ia menceritakan pengalaman awalnya mengenal dunia baru, menjadi mahasiswi di perguruan tinggi Islam, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan.

“Mengapa saya memilih kampus Muhammadiyah untuk saya kuliah? Sebelumnya saya pernah tes di salah satu kampus di Semarang, kampus Kristen, tetapi saya gagal saat tes. Lalu orang tua saya menanyakan, ‘Kamu mau ke mana, Nak?’ Saya jawab, tidak tahu. Lalu ibu saya menjawab, ‘Jadi guru saja!’”

Awalnya, pilihan itu terasa berat bagi Diah.

“Jadi guru sepertinya bukan seperti yang saya mau, karena awalnya saya mau menjadi seorang pendeta, karena pendeta itu sekolahnya selama enam tahun dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Orang tua saya bilang, ‘Coba kamu ke dunia yang belum kamu cobain”.

Diah mengaku sempat ragu apakah kampus Unmuh Babel akan menerima dirinya yang beragama non-Islam.

“Kampus Muhammadiyah dengan label islami, saya pikir tidak bisa menerima saya. Lalu orang tua saya datang ke sini untuk menanyakan, ‘Gimana anak saya ini non-Islam mau ngambil jurusan PGSD, apakah boleh?’ Lalu dijawab sama staf admin PMB, Boleh, Pak. Kita di sini bisa menerima semua agama.’ Lalu orang tua saya langsung bilang, ‘Dek, kuliah di sana saja supaya kamu tahu dunia baru, tahu teman baru, tahu lingkungan baru. Belajarlah seluas-luasnya,’” ucap orangtuanya.

Kisahnya itu disambut tepuk tangan meriah dari peserta Baitul Arqam.

“Awalnya saya takut! Merasa tidak pede, saya sempat tidak mau datang ke kampus saat tes CBT, karena saya masuk melalui jalur CBT (Computer Based Test). Saat Mataka (Masa Ta’aruf Kampus) saya sempat nangis di bawah pohon, saya masih bingung. Tapi dari Mataka saya jadi tahu kalau di kampus Muhammadiyah ini ternyata toleransinya sangat tinggi sekali, dan saya sangat berterima kasih sekali Universitas Muhammadiyah menerima saya, memberikan saya dunia yang baru. Pengalaman hidup saya mungkin akan jauh lebih baik dengan saya berada di kampus ini.”

Kini Diah justru menjadi sumber inspirasi bagi teman-teman barunya.

“Motivasi saya buat teman-teman, jangan takut untuk mencoba dunia baru. Kalau kita di lingkungan yang baik seperti kampus Muhammadiyah, kita pasti akan mendapatkan feedback yang baik. Di sini saya berharap belajar banyak.”

Diah juga mengungkapkan kekagumannya pada nilai-nilai Islam yang ia temui selama di kampus.

“Saya belajar apa sih Islam itu? Bagaimana itu Islam? Jujur saya kagum ketika melihat teman-teman tadi salat. ‘Oh, ada salat jam 3 pagi, ada salat jam 5 pagi, oh seindah ini ya ternyata.’ Agama Islam mengajarkan kalian cara beribadah. Agama Islam itu tidak semenyeramkan, tidak seproblematik seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Indahnya perbedaan di antara kita, Tuhan menciptakan perbedaan itu agar kita saling toleransi dan saling berkasih sayang,” tutup Diah. (MJ/unmuhbabel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *